PapuaAround.com – Film “Vina: Sebelum 7 Hari” menjadi sorotan masyarakat dengan mencatat penonton sebanyak 2,1 juta orang dalam lima hari penayangan di bioskop. Kisah yang terinspirasi dari kasus pembunuhan Vina di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, tahun 2016, kembali menggugah perbincangan publik setelah tayangnya film tersebut. #usutkasusvina
Menurut Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat, Komisaris Besar Jules Abast, film ini menjadi hak dari sutradara dan rumah produksi. Namun, Jules menekankan pentingnya membedakan antara narasi dalam film sebagai karya fiksi dengan fakta yang diungkapkan dalam proses penyidikan dan persidangan kasus sebenarnya.
“Silakan masyarakat membedakan mana yang film dengan cerita fiksi atau nonfiksi. Dalam film mungkin ada cerita yang sesungguhnya bukan fakta yang ditemukan dalam proses penyidikan ataupun fakta di persidangan,” ucap Jules di Bandung. #usutkasusvina
Kasus pembunuhan Vina dan kekasihnya, Muhammad Rizky, terjadi pada tahun 2016 di Cirebon. Awalnya, polisi menduga keduanya adalah korban kecelakaan tunggal, namun dugaan keluarga korban mengarah pada upaya rekayasa atas kematian Vina.
Dari hasil penyelidikan, terungkap bahwa kasus ini melibatkan 11 pelaku, di mana delapan di antaranya telah divonis penjara seumur hidup dan satu pelaku lainnya dipenjara delapan tahun. Namun, tiga pelaku lainnya masih buron hingga kini.
Dheeraj Kalwani, produser sekaligus CEO Dee Company, menegaskan bahwa pembuatan film ini didasari atas restu keluarga Vina. Dia menyampaikan rasa terima kasihnya atas kepercayaan yang diberikan oleh keluarga korban kepada Dee Company. #usutkasusvina
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Jabar, Siska Gerfianti, mengharapkan agar pihak berwenang dapat mengungkap pelaku yang masih buron dan menegakkan keadilan. Ia juga mengajak untuk menafsirkan penayangan film ini secara positif, sebagai upaya sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya melawan segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak.
“Saya berharap penayangan film tentang Vina dapat dimaknai secara positif, yakni sebagai bentuk sosialisasi untuk waspada terhadap segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak,” ujar Siska.
Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak mencatat jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan di Jawa Barat sepanjang 2023 mencapai 1.128 kasus, dengan 1.151 orang menjadi korban. Kota Bandung menjadi wilayah dengan jumlah kasus tertinggi. Hingga April 2024, tercatat 220 kasus kekerasan terhadap perempuan di Jawa Barat, dengan Kabupaten Bekasi menjadi daerah dengan jumlah kasus tertinggi dalam empat bulan terakhir. #usutkasusvina
Baca juga: Government Officials Convene to Address Papua Situation!